top of page

Cruise Denver - Sharing session tentang Arsitektur dan Ruang publik di Kota Palembang

  • Writer: Alif
    Alif
  • Dec 29, 2017
  • 4 min read



Boleh perkenalkan diri anda ?


Hallo, nama saya Cruise denver. Saya founder dari PT. Cruise Denver Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konsultan arsitektur dan interior desain.


Menurut anda, apa itu arsitektur ?


Bagi saya, arsitektur adalah penanggung jawab ruang hidup. Dimana seorang arsitek adalah orang yang mempunyai kans paling besar untuk menata ruang hidup. Yang hidup tentu bukan hanya manusia, ada juga hewan dan juga tumbuhan.


Kenapa anda memilih menjadi seorang arsitek ?


Setelah saya lulus SMA, saya merasa passion saya ada di arsitek dan dari kecil saya juga suka menggambar. Saya juga pernah mendapatkan penghargaan lomba menggambar sewaktu SD, SMP dan SMA.


Bisa dijelaskan peran arsitek dalam memajukan dan membangun sebuah kota ?


Bagi saya sangat penting, terlebih saat ini, terutama kota Palembang sedang sangat maju dalam hal pembangunan infrastruktur. Dan tentunya juga pembangunan tersebut juga harus dibarengi dengan pembangunan RPTRA (Ruang Terpadu Ramah Anak) yang saya rasa keberadaannya sangat minim di Palembang. Dan saya rasa ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah kota untuk menyediakan lahan tersebut. Bisa saja dari kalangan arsitektur menyumbang ide atau gagasan atau dibuatkan sayembara.


Ruang publik seperti apa yang seharusnya Palembang bangun ?


Banyak sih, yang pertama yaitu trotoar. Untuk trotoar saya lihat upaya dari pemerintah sudah cukup bagus, di 2017 ini saya lihat banyak perkembangan dari yang sebelumnya tidak ada trotoar, sekarang sudah ada trotoar ataupun trotoarnya di lebarkan. Hanya saja, yang perlu jadi perhatian dari pemerintah yaitu ada beberapa standarisasi pedoman teknis dari trotoar itu sendiri, tapi pada prakteknya tidak ada yang saya lihat mencapai standarisasi pedoman teknis yang sudah dibuat kementrian pekerjaan umum. Contoh paling kecil di pedestrian sudirman. Saya sangat bangga Palembang punya pedestrian seperti itu, akan tetapi masih perlu penyempurnaan dari segi standarisasinya. Misalnya dari ram akses difabel, penerangan lampu yang kurang maksimal, keberadaan dari tong sampah yang kurang memperhatikan segi estetika, sampai juga pot kembang yang sebaiknya jangan mengganggu akses pejalan kaki.


Dengan tempat pariwisata yang sudah dibangun, apakah sudah sesuai dengan ekspektasi anda sebagai arsitek ?


Kalau secara pribadi saya sebenarnya masih jauh dari ekspektasi saya. Untuk pembangunan tempat wisata di Palembang ini, seharusnya si konsultan perencana atau arsiteknya itu lebih peka lagi. Dimana fungsi dari tempat itu sendiri, dan harus dikembangkan seperti apa agar terjadi sinergi. Serta ada korelasinya antara identitas tempat wisata itu sendiri dengan apa yang dibangun. Satu hal yang saya soroti baru – baru ini adalah pembangunan taman cinta di wilayah taman purbakala kerajaan sriwijaya. Esensi asli dari taman itu adalah museum purbakala kerajaan sriwijaya, dan entah kenapa ide yang tercetus malah sudah terjadi eksekusi pembangunannya yaitu dibuatnya taman cinta yang mungkin bagi sebagian orang bagus untuk foto – foto. Tapi, bagi saya pribadi sebagai arsitek, tidak ada korelasinya antara museum sendiri dengan taman cinta tersebut. Alangkah lebih tepatnya kalaupun memang mau dibangun taman cinta mungkin lebih baik di pulau kemaro yang punya sejarah tentang percintaan.


Menurut anda, kenapa sampai saat ini pemerintah tidak membuat sayembara terkait pembangunan dalam kota, terutama objek pariwisata ?


Saya rasa pemerintah sudah melakukan upaya itu, seperti kemarin contoh di pemerintahan kota Bangka Belitung ada sayembara untuk bikin tugu gerhana matahari. Mungkin di kota Palembang juga ada, seperti tugu belido, setahu saya itu ada sayembaranya. Hanya saja mungkin minat dari peserta yang kurang . kalau saya pribadi ketika ditanya kenapa tidak ikut sayembara, yang pertama minim informasi, yang kedua ada wujud apresiasi dari pemerintah yang setahu saya sampai hari ini belum begitu baik.


Menurut anda, apa yang harus diperbaiki dan apa yang harus dibangun di Palembang ?


Sebenarnya lumayan banyak. Perlu diketahui Negara kita kan bekas jajahan Belanda, banyak peninggalan Belanda yang sangat baik dari segi arsitektur dan tata kota. Kalau di Palembang ini contohnya seperti di sepanjang jalan merdeka sampai ke kambang iwak. Itu salah satu tata kota peninggalan Belanda yang sangat baik menurut saya. Coba teman – teman lihat di kawasan kambang iwak, apakah pernah banjir ? Apakah pernah macet yang sampai luar biasa ?. Harusnya yang seperti ini perlu kita contoh. Kita sebagai arsitek juga harusnya punya referensi yang sudah jadi bukti nyata, bicara apa yang harus diperbaiki tentu banyak sekali. Contohnya plaza benteng kuto besak (BKB), toilet umum dan lampu penerangannya sangat minim. Harusnya pemerintah kota dapat memperbaiki hal itu sehingga membuat nyaman masyarakat yang ingin berwisata disitu. Selain itu masih banyak sekali, bukan hanya BKB. dan bagi saya yang sangat mendesak sekali yaitu trotoar dari simpang polda sampai ke bundaran air mancur, terus sepanjang jalan Kapt. A. Rivai sampai ke simpang kambang iwak, terus dari jalan Letkol. Iskandar sampai ke rumah susun, sepanjang jalan radial. Harusnya trotoar yang baik dan layak dibangun di sejumlah kawasan itu.


Apa kesulitan atau kendala yang sering dihadapi ?


Sebenarnya tergantung tingkatan. Untuk arsitek pemula, kendala terbesar adalah minimnya kesempatan. Maka daripada itu, saya selaku orang yang memiliki badan usaha dalam bidang arsitektur, saya selalu berusaha memberikan kesempatan kepada arsitek – arsitek muda untuk menggarap suatu projek.


Apa saran untuk arsitek muda ?


Saran saya untuk arsitek – arsitek muda ataupun yang baru tamat, atau yang baru masuk dunia kerja, ataupun yang baru buka suatu usaha di bidang arsitektur, bekerjalah dengan total. Totalisme itu harus, mutlak. Dan desain yang baik itu bukan datang dari otak, tapi datang dari hati. Itu saja dari saya.



Comments


  • Black Facebook Icon
  • Black Instagram Icon
bottom of page